Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 540-541. 33 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), h. 62-63. Khatm khwajagan artinya serangkaian wirid, ayat, shalawat, dan doa yang menutup setiap dzikir berjemaah, dan selalu dibaca setiap selesai mengerjakan shalat wajib. Adapun silsilah tarekat adalah
JAKARTA - Tarekat Naqsyabandiah tersebar ke berbagai penjuru dunia Islam dan mendapat banyak pengikut. Di Indonesia, penyebaran tarekat ini terutama terjadi pada abad ke-19 melalui jamaah haji dan pelajar-pelajar Indonesia di abad ke-19, di Makkah terdapat sebuah pusat Tarekat Naqsyabandiah di bawah pimpinan Sulaiman Zuhdi. Saat itu sekitar tahun 1837 Tarekat Naqsyabandiah sedang berkembang pesat di Arab Saudi. Markasnya terletak di kaki gunung Abu Qubaisy Jabal Qubaisy. Setelah Sulaiman Zuhdi berpulang, silsilah ketarekatan dilanjutkan oleh putra beliau, Ali Ridla. Ketika kepemimpinan berada di tangan Sulaiman Zuhdi inilah ada sejumlah murid yang berasal dari nusantara, terutama Sumatra dan Jawa. Di antaranya Sulaiman Hutapungkut dari Kota Nopan, Tapanuli Selatan, dan Muhammad Hadi Girikusumo dari Demak, Jawa Tengah. Mereka berdua yang pertama kali mengenalkan ajaran Tarekat Naqsyabandiah di J Spencer Trimingham pernah menyebutkan bahwa sekitar tahun 1845, seorang syekh Naqsyabandiah dari Minangkabau dibaiat di Makkah. Menurut Snouck Hurgronje, penasihat Pemerintah Hindia Belanda, Tarekat Naqsyabandiah yang dipimpin oleh Sulaiman Zuhdi di Makkah mempunyai banyak pengikut yang berasal dari berbagai daerah seperti Turki, Hindia Belanda, dan Malaysia. Sulaiman Hutapungkut sekembali dari Jabal Qubaisy mengembangkan tarekat ini di Sumatra. Kepemimpinan beliau kemudian dilanjutkan oleh salah seorang muridnya, Muhammad Hasyim al-Khalidi. Sebagai kelanjutan pendidikannya, Muhammad Hasyim diperintahkan oleh gurunya, Sulaiman Hutapungkut, untuk berguru kepada Ali Ridla di Jabal Qubaisy. Dikabarkan Muhammad Hasyim tekun menuntut ilmu, mendalami syariat dan hakikat, serta memperoleh Muhammad Hadi Girikusumo mensyiarkan ajarannya di Demak dan sekitarnya dengan mendirikan Pondok Pesantren Girikusumo pada 1836. Pesantren Girikusumo pada awal didirikannya fokus pada kajian ilmu tasawuf. Kemudian berkembang menjadi pesantren salaf, yang tidak cuma mengajarkan tasawuf, tetapi juga mengajarkan kitab-kitab kuning, seperti halnya pesantren salaf lain di versiTarekat Naqsyabandiah di Indonesia terus berkembang dan mengambil bentuk yang tidak sama persis dengan daerah asalnya. Secara garis besar dikenal dua versi Tarekat Naqsyabandiah, yakni Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah dan Tarekat Naqsyabandiah Muzhariyah. Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah berkembang luas di wilayah Sumatra. Sementara Tarekat Naqsyabandiah Muzhariyah berkembang di luar wilayah bawah kepemimpinan Hasyim al-Khalidi, Naqsyabandiah menjadi Tarekat Naqsyabandiah Khalidiah. Penyebarannya mulai dari daerah asalnya, Simabur Batusangkar, Sumatra Barat, kemudian ke wilayah Kerajaan Langkat dan Deli, hingga ke Kerajaan al-Khalidi mengangkat Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi sebagai mursyid menggantikan dirinya. Di bawah kepemimpinan Syekh Kadirun Yahya ini penyebaran Naqsyabandiah Khalidiah semakin luas, bahkan murid-muridnya ada yang berasal dari Amerika. Maka, untuk memudahkan pengorganisasian, terkait aktivitas sosial-kemasyarakatan, dibuatlah wadah yayasan yang diberinama Yayasan Prof Dr H Kadirun Yahya. Sedangkan ajaran tarekat yang dikembangkannya, dipopulerkan oleh murid-muridnya sebagai Tarekat Naqsyabandiah Yayasan Prof Dr H Kadirun Yahya. Adapun Tarekat Naqsyabandiah Muzhariyah bersumber dari Muhammad Saleh az-Zawawi. Penyebaran tarekat ini sangat luas hingga ke berbagai penjuru dunia. Muridnya sangat banyak, antara lain, Syekh Abdul Murad Qazani Turki, yang menurunkan ulama Tarekat Naqsyabandiah, yakni Abdul Aziz bin Muhammad Nur yang berasal dari Pontianak, Ja'far bin Muhammad dari Kampung Tanjung Pontianak, Ja'far bin Abdur Rahman Qadri dari Kampung Melayu Pontianak, dan Abdul Azim Manduri dari Madura yang berjasa besar menyebarkan tarekat ini di wilayah Jawa Timur dan Kalimantan Barat. sumber Pusat Data Republika
AlKurdy (Syaikh Muhammad Amin al-Kurdy: 1994), Said (2003,37-38), dan Aqib (2004, 125-126) menyebutkan nama-nama tharîqah dari silsilah Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib RA. Intinya sebagai berikut: Pengamal tharîqah setelah Sayyidina Ali Ibnu Thâlib Ra. wafat disebut golongan "Alawiyah", yaitu silsilah nomor 4, sampai pada periode Abu
Khalwat, dalam bahasa kita mengandung dua makna yang bersilang jauh. Pertama, bermakna mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk bertafakur, beribadah dan seterusnya, dan kedua, bermakna berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram di tempat sunyi atau tersembunyi. Kendati bersilang jauh, namun kedua makna tersebut bermuara pada satu titik temu, yakni sama-sama berada di tempat yang sunyi. Dan, sudah barang tentu yang menjadi kajian kita adalah khalwat dengan makna pertama. Khalwat bagi para pengamal Tarekat Naqsabandiyah adalah amalan wajib yang tidak dapat ditawar. Karena bagi mereka, seorang salik hamba yang tengah berupaya menuju esensi Allah dengan makrifatnya tidak akan pernah mencapai tujuan, yakni wushul ilallah kecuali dengan berkhalwat. Terkait pentingnya khalwat dalam prinsip Tarekat Naqsabandiyah, Syekh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili menulis sebuah statemen dalam Tanwirul Qulub fi Mu’amalati Allamil Guyub hal. 552. Al-Kurdi mengatakan, إعلم أنه لا يمكن الوصول إلى معرفة الأصول وتنوير القلوب لمشاهدة المحبوب إلا بالخلوة خصوصا لمن أراد إرشاد عباد الله إلى المقصود Artinya, “Ketahuilah, bahwa seorang salik tidak mungkin sampai pada makrifat esensi Tuhan dan menerangi jiwa-jiwa tersesat kecuali dengan berkhalwat. Secara terutama bagi mereka yang sanggup mengemban amanah menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia.” Pendek kalam, bahwa para mursyid, kiai, dan guru yang mengajar dalam halaqah Tarekat Naqsabandiyah adalah orang-orang yang kemungkinan besar telah menempuh jalan khalwat. Mereka telah menemukan cahaya yang terpatri dalam kalbunya. Sehingga, tak sedikit pun ada caci maki, celaan, siaran kebencian dan seterusnya yang keluar dari lisan mereka. Tak heran jika banyak yang termangu-mangu saat melihat para mursyid Tarekat Naqsabandiyah-Maulana Habib Luthfi bin Yahya, misalnya-yang bersahaja dan penuh wibawa. Orang-orang yang melihatnya akan terpesona, mereka yang mendengar nasihatnya akan luluh dan segera menyadari kesalahan tanpa diminta. Sekilas Riwayat Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi Syekh Muhammad Amin bin Syekh Fathullah Zadah al-Kurdi al-Irbili adalah seorang pemuda Irbil yang tumbuh sebagai seorang asketis besar. Ia lahir di sebuah kota bernama Irbil-dekat kota Mosul-di Negeri Irak. Tiada yang dapat memastikan terkait tanggal dan tahun lahirnya. Mengingat, jejak sejarah yang telah terhapus, sehingga tidak mudah untuk menelusurinya. Namun karena Syekh Muhammad Amin wafat pada 1332 H/1914 M, maka sebagian sejarawan memperkirakan bahwa al-Kurdi lahir pada paruh kedua abad ke-13 hijriah. Syekh Muhammad Amin hidup di tengah keluarga yang taat beragama. Bahkan, ia belajar al-Qur’an kepada ayahnya sendiri, Syekh Fathullah. Ayahnya yang karib disebut dengan gelar al-arif billah ini adalah seorang asketis penganut Tarekat Qadiriyah, tarekat yang dinisbatkan pada Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sejak kecil, al-Kurdi tumbuh sebagai anak yang taat, ia menghabiskan masa mudanya untuk mendapatkan ridha Allah sesuai tuntunan sang ayah dan para gurunya. Sehingga, pada akhirnya ia menjadi seorang mursyid Tarekat Naqsabandiyah. Sepeninggalnya, kepemimpinan dilanjutkan oleh muridnya, Syekh Salamah al-Azami. Kemudian dilanjutkan lagi oleh putranya sendiri, Syekh Najmuddin al-Kurdi. 20 Syarat Khalwat Menurut Syekh Al-Kurdi Tarekat Naqsabandiyah adalah tarekat yang memiliki banyak pengikut, khususnya di Indonesia. Di banyak belahan dunia mengakui kualitas tarekat ini. Bukan hanya sekadar klaim dari para pengikutnya, melainkan disebutkan langsung oleh seorang imam besar Tarekat Naqsabandiyah, Sayyid Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi. Ia mengatakan, bidayatu thariqatina, nihayatu sairit thuruq fase pemula di tarekat kami adalah fase puncak bagi tarekat yang lain. Statemen ini jelas menggambarkan tingginya kualitas Tarekat Naqsabandiyah. Kendati mungkin statemant itu sedikit bercampur fanatisme dan cintanya kepada Naqsabandiyah. Mengingat, Sayyid Bahauddin bicara dalam kapasitas sebagai petinggi tarekat tersebut. Tarekat yang berkualitas tinggi ini, tidak lepas dari satu ajaran pamungkas yang disebut khalwat. Khalwat yang bukan sekadar menyepi. Tetapi memiliki banyak syarat dan ketentuan. Syekh Muhammad Amin al-Kurdi menulis 20 syarat khalwat dalam Tarekat Naqsabandiyah yang harus dipenuhi sebelum dan akan terus berlangsung hingga khalwatnya selesai. Berikut di antaranya; 1 berniat memutus rantai riak dan sumah secara lahir batin. 2 memohon izin dan sambungan doa kepada mursyidnya. 3 harus terbiasa dan terlatih untuk menyendiri, tidak tidur malam dalam kondisi tidak kenyang dan sambil berzikir. 4 di hari pertama masuk ruang khalwat harus melakukan satu ritual yang sudah diajarkan dengan cara tertentu akan kami jelaskan di akhir tulisan, insya Allah. 5 harus selalu suci, alias daimul wudhu’. 6 membuang jauh keinginan mendapat kekeramatan. 7 selama ritual, tidak boleh bersandar ke dinding. 8 harus mampu membayangkan sosok mursyidnya tepat berada di hadapannya. 9 harus dalam kondisi berpuasa. 10 harus puasa bicara, kecuali saat berzikir atau ada bahaya. 11 selalu menyadari kehadiran keempat musuhnya; setan, dunia, hasrat rendah dan nafsu. 12 menjauh dari suara dan kegaduhan. 13 tidak boleh absen shalat jamaah dan jumat. 14 saat keluar dari tempat khalwat, kepalanya harus terus merunduk. Melihat ke tanah. 15 tidak boleh sengaja tidur, apalagi bermaksud merehatkan badan. Melainkan tertidur tanpa sengaja dan dalam kondisi suci. Bahkan, jika mampu sebaiknya tidur sambil duduk. 16 selalu menjaga stabilitas antara lapar dan kenyang. 17 tidak membuka pintu bagi siapa pun yang bermaksud ngalap berkah, kecuali gurunya. 18 memandang bahwa setiap nikmat yang ia peroleh berasal dari gurunya yang itu bersumber dari baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 19 membuang seluruh lintasan hati, entah itu perkara baik atau buruk. Alias senantiasa berada dalam kepasrahan. 20 tidak pernah berhenti berzikir-dengan cara-cara tertentu-sampai sang mursyid memerintahkannya keluar atau berhenti berkhalwat. Berikut kaifiat ritual dalam syarat keempat; 1 masuk tempat khalwat dengan kaki kanan seraya membaca taawuz dan basmalah, lalu membaca Surat An-Nas tiga kali. 2 lalu memasukkan kaki kiri sambil membaca doa berikut; اللَّهُمَّ وَلِيِّ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ كُنْ لِيْ كَمَا كُنْتَ لِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَارْزُقْنِيْ مَحَبَّتَكَ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ حُبَّكَ وَاشْغُلْنِيْ بِجَمَالِكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُخْلَصِيْنَ اللَّهُمَّ امْحُ نَفْسِيْ بِجَذَبَاتِ ذَاتِكَ يَا أَنِيْسَ مَنْ لَا أَنِيْسَ لَهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ 3 berdiri di atas tempat shalat dan membaca doa berikut 21 kali; إَنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ 4 lalu shalat dua rakaat; rakaat pertama membaca surah al-Fatihah dan ayat kursi. Sedang rakaat kedua membaca Surat Al-Fatihah dan ayat amanar rasulu QS. As-Baqarah 2285. 5 setelah salam, membaca doa Ya fattah 500 kali. Kemudian melanjutkannya dengan wirid yang telah diberikan sang mursyid. Semoga manfaat. Wallahu a’lam bis shawab. Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumni Ma’had Aly Situbondo, dan founder Lingkar Ngaji Lesehan di Lombok, NTB.
Perludicatat pula bahwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah, silsilah spiritualnya kepada Nabi Muhammad adalah melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, sementara kebanyakan tarekat-tarekat lain silsilahnya melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhahu. Doa Malam Nisfu Sya'ban yang Dibaca Oleh
Tarekat Naqsyabandiyah bahasa Persia نقشبندی[lower-alpha 1] adalah sebuah tarekat utama dari ajaran tasawuf sunni. Namanya berasal dari Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi. Para guru Naqsyabandiyah menelusuri garis keturunan mereka hingga nabi Muhammad melalui Abu Bakar– khalifah pertama Islam– dan Ali bin Abi Thalib–khalifah keempat Islam.[1][2][3][4][5] Karena silsilah ganda ini melalui Ali dan Abu Bakar melalui Imam Jafar ash-Shadiq, maka tarekat ini juga dikenal sebagai konvergensi dua samudra atau tatanan Sufi Jafar ash-Sadiq.[6] Sebuah Khanaqah rumah doa dari Naqsyabandiyah di Saqqez, Iran.
Parapeserta Baiat Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah ini diajarkan tahapan- tahapan menjadi murid sebelum dibaiat. Artikel Terkait. Silsilah Tarekat Syattariyah | Situs Islam Aswaja & Tasawuf. Kamis, 15 Oktober 2015, 13:20 PM. Habib Lutfi bin Yahya : Intinya NU, Ya Thariqah | NUCOM. Sebagaimana makna yang terkandung dalam doa:SETIAP hari sewaktu terbit dan sebelum terbenam matahari, bacalah "A'uzubillahi Minash-Syaitanir Rajim", lalu membaca "Bismillahir Rahmanir Rahim" dan "Surah Al-Fatihah" sekali dan "Surah Al-Ikhlas" sebanyak 3 kali beserta "Bismillahir Rahmanir Rahim", kemudian dihadiahkan pahala bacaan tersebut kepada sekalian Ruhaniyah Para Masyaikh Silsilah Aliyah Naqshbandiyah Al Kholidiyah seperti berikut "Ya Allah, telah ku hadiahkan seumpama pahala bacaan Fatihah dan Qul Huwa Allah kepada sekelian Arwah Muqaddasah Masyaikh Akabirin Silsilah 'Aliyah Naqshbandiyah Al Kholidiyah." Seterusnya membaca Syajarah Tayyibah ini pada kedua-dua waktu yang tersebut. '''''[[Bismillahir Rahmaanir Rahiim]]''''' NABI MUHAMMAD SAW dan dari Nabi Muhammad SAW turun kepada 1. Sayyidina Abu Bakar Siddiq radiyallahu ta’ala anhu GelarAs-Siddik yang berarti benar dan membenarkan kebenaran, dan melaksanakan kebenaran itu dalam perkataan dan perbuatan, lahir maupun batin. Beliau adalah khalifah pertama dari Khulafaur - Rasyidin. Dari beliau turun kepada, 2. Sayyidina Salman Al-Farisi Beliau adalah murid utama Sayyidina Abu Bakar dan terkenal sebagal tokoh sufi dan tokoh Ilmu Alam, Ilmu Falak yang kenamaan. Dari beliau turun kepada, 3. Al Imam Sayyidina Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar As Siddiq Dari beliau turun kepada, 4. Al Imam Sayyidina Ja’far As Shadiq Imam Ja’far adalah anak cucu Sayyidina Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Siddik ra. Beliau terkenal sebagai ahli kesusasteraan dan ahli hukum dan karena keahliannya itu, serta kebenaran dan kesuciannya, menyebabkan dia sangat dihormati. Dari beliau turun kepada, 5. Al Arif Billah Sultanul Arifin Asy Syekh Thaifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan, yang dimashurkan namanya dengan AsySyekh Abu Yazid Al—Busthami quddusa sirruhu Gelar Sultanul Arifin berarti imam besar, orang yang mengatahui, imam tasawuf, pemimpin besar yang pertama dalam tarekat keturunan Sayyidina Abu Bakar Siddiq Dari beliau turun kepada, 6. Al Arif Billah Asy Syekh Abul Hasan Ali bin Abu Ja’far AlKharqani Keistimewaannya dia sangat kasih kepada Allah dan Rasul-Nya, dan dari beliau turun kepada penghulu sekalian quthub. Dari beliau turun kepada, 7. Al Arif Billah Asy Syekh Abu Ali Al-Fadhal bin Muhammad Aththusi AlFarimadi Dari beliau turun kepada wali Allah, 8. Al Arif billah Asy Syekh Abu Yakub Yusuf AI-Hamadani bin Ayyub bin Yusuf bin AI-Husain Nama lain beliau adalah Abu Ali As Samadani. Dari beliau turun kepada wali Allah, yaitu 9. Al Arif Billah Asy Syekh Abdul Khaliq AI-Fajduwani Ibnu Al-Imam Abdul Jamil Beliau itu nasabnya sampai kepada Al-Imam Malik bin Anas ra. Dari beliau turun kepada quthub penghulu sekalian wali Allah, yaitu, 10. Al Arif Billah Asy Syekh Ar Riwikari Dari beliau turun kepada hamba Allah, kepala daripada sekalian guru-guru, yaitu, 11. Al Arif Billah Asy Syekh MahmudAl-Anjir Faghnawi Beliau adalah aulia Allah yang mempunyai sifat dan perangai sempurna dalam menuntut ridla Allah dan sempurna abdinya kepada Allah azza wajalla. Dari beliau turun kepada wali yang sangat kasih akan Tuhannya yang ghani, yaitu, 12. Al Arif Billah Asy Syekh AliAr Ramitani, yang dimasyhurkan namanya dengan AsySyekh Azizan Dari beliau turun kepada murid yang sangat tinggi ilmu tarikat dan makrifatnya. Dari beliau turun kepada penghulu sekalian wali Allah, yaitu, 13. Al Arif Billah Asy Syekh Muhammad Baba As Samasi adalah seorang aulia Allah dari keturunan Tionghoa. Beliau senantiasa mujahadah dan musyahadah kepada Tuhan dan beliau adalah penghulu dari sekalian wali-wali Allah. Syakh Muhammad Baba As Samasi hidup dalam satu zaman dengan Asy Syakh Ali Ar Ramitani dan dengan Syekh Abdul Qadir Jaelani Dari beliau turun kepada raja yang besar lagi sayyid, kepala sekalian guru-guru, yaitu, 14. Al Arif Billah Asy Syekh Sayyid Amir Kulal bin Sayyid Hamzah Syekh Sayyid Amir Kulal adalah raja di tanah Arab yang besar dan dia bergelar sayyid mempunyai keturunan bangsawan, dan beliau adalah guru hakikat dan makrifat. Dari beliau turun kepada wali Allah yang masyhur keramatnya dan makmur, ialah imam Tarikat Naqsyabandiyah yang terkenal namanya dengan Syah Naqsyabandy, yaitu, 15. Al Arif Billah Asy Syekh As Sayyid Bahauddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Asy Syarif Al Husaini Al Hasani Al Uwaisi Al Bukhari Beliau meletakkan dasar-dasar zikir qalbi yang sirri, zikir batin qalbi yang tidak berbunyi dan tidak bergerak, dan beliau meletakkan kemurnian ibadat semata-mata lillaahi ta’ala, tergambar dalam do’a beliau yang diajarkan kepada murid-muridnya "Ilahii anta makshuudii waridhaaka mathluubii". Secara murni meneruskan ibadat Thariqatus Sirriyah zaman Rasulullah, Thariqatul Ubudiyah zaman Abu Bakar Siddiq dan Thariqatus Siddiqiyah zaman Salman al Farisi. Beliau amat masyhur dengan keramat-keramatnya dan makmur dengan kekayaannya, lagi terkenal sebagai wali akbar dan wali quthub yang afdhal, yang amat tinggi hakikat dan makrifatnya. Dari murid-muridnya dahulu sampai dengan sekarang, banyak melahirkan wali-wali besar di Timur maupun di Barat, sehingga ajarannya meluas ke seluruh pelosok dunia. Beliau pulalah yang mengatur pelaksanaan iktikaf atau suluk dari 40 empat puluh hari menjadi 10 sepuluh hari, yang dilaksanakan secara efisien dan efektif, dengan disiplin dan adab suluk yang teguh. Dan dari beliau turun kepada, 16. Al Arif Billah Asy Syekh Muhammad Al-Bukhari Al-Khawarizumi yang dimashurkan dengan namanya Asy Syekh Alaudin AI-Aththar Dari beliau turun kepada waliullah, yaitu 17. Al Arif Billah Asy Syekh Ya’qub Dari beliau turun kepada wali yang agung, yaitu 18. Al Arif Billah Asy Syekh Nashiruddin Ubaidullah Al-Ahrar AsSamarqandi bin Mahmud bin Sihabuddin Dari beliau turun kepada raja yang saleh, ialah kepala sekalian guru-guru, yaitu 19. Al Arif Billah Asy Syekh MuhammadAz Zahid Dari beliau turun kepada anak saudara perempuannya yang mempunyai kerajaan yang besar dan martabat yang tinggi, yaitu 20. Al Arif Billah Asy Syekh Darwis Muhammad Samarqandi Dari beliau turun kepada anaknya ialah seorang raja yang besar, yang adil lagi pemurah, lagi lemah lembut perkataannya, yaitu 21. Al Arif Billah Asy Syekh Muhammad Al-Khawajaki Al-Amkani As Samarqandi Dari beliau turun kepada wali Allah yang quthub, yaitu ; 22. Al Arif Billah Asy Syekh Muayyiddin Muhammad Al-Baqi Billah Dari beliau turun kepada anak cucu Amirul Mukminin Sayyidina Umar Al Faruq yaitu ; 23. Al Arif Billah Asy Syekh Akhmad Al-Faruqi As Sirhindi yang mashur namanya, yang terkenal denganAl Imam ArRabbani Al-Mujaddid Alf Fassami. Dari beliau turun kepada anaknya yang tempat kepercayaannya, yang menaruh rahasianya, yang masyhur namanya, yaitu; 24. Al Arif Billah Asy Syekh Muhammad Ma ’sum Dari beliau turun kepada anaknya, yaitu Sultanul Aulia, yaitu 25. Al Arif Billah Asy Syekh Muhammad Saifuddin yang bercahaya zahiriah dan batiniahnya. Dari beliau turun kepada Sayyid Syarif yang gilang gemilang cahayanya, sebab nyata zat dan sifat, yaitu ; 26. Al Arif Billah Asy Syekh Asy Syarif Nur Muhammad Al-Badwani Dari beliau turun kepada wali Allah yang tinggi pangkatnya, nyata keramatnya, yaitu 27. Al Arif Billah Asy Syekh Syamsuddin Habibullah Jani Janani MuzhirAl-Alawi Dari beliau turun kepada kepala sekalian guru-guru, kepala sekalian khalifah dan penghulu sekalian wali Allah, yaitu; 28. Al Arif Billah Asy Syekh Abdullah Ad Dahlawi dan adalah Syekh Abdullah itu nasabnya sampai kepada Amirul Mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhahu. Dari beliau turun kepada; 29. Al Arif Billah Maulana Asy Syekh Dhiyauddin Khalid Al-UtsmaniAl-Kurdi Beliau adalah anak cucu amirul mukminin Sayyidina Usman bin Affan Beliau adalah Syekh yang mashur, ahli Tarekat Naqsyabandiyah yang fana fillah, lagi baqa billah, yang pada masa suluk menjadi penghulu sekalian khalifah. Dari beliau turun kepada wali Allah yang zuhud akan dunia dan sangat kasih akan zat Allah ta'ala, ialah kepala sekalian guru-guru di dalam negeri Makkah al Musyarrafah, yaitu hamba Allah, 30. Al Arif Billah Sirajul Millah Waddin Asy Syekh Abdullah Al Afandi Dari beliau turun kepada penghulu sekalian khalifah yang mempunyai keramat yang nyata, yaitu ; 31. Al Arif Billah Asy Syekh Sulaiman Al Qarimi Dari beliau turun kepada menantunya yang alim lagi Saleh, yang Senantiasa tafakkur dan muraqabah, baqa billah siang dan malam kepada Tuhan khaliqul alam, dan dari beliau nyata kebesarannya serta kemuliaannya, dan adalah penghulu sekalian khalifah dan ikutan sekalian orang yang suluk, yaitu; 32. Mursyiduna, warabiituna, wa maulana, Al Arif Billah Sayyidi Syekh Sulaiman Az Zuhdi Dari beliau turun kepada anaknya yang alim lagi Saleh, yang senantiasa tafakkur dan muraqabah, baqa billah siang dan malam dan ikutan Sekalian orang yang Suluk, yaitu ; 33. Mursyiduna, wa rabiituna, wa maulana, Al Arif Billah Sayyidi Syekh Ali Ridha Ketika meletus perang dunia ke-II di Eropa di sekitar tahun 1937 Ali Ridha meninggalkan Mekkah menuju Baghdad dan kemudian ke India dan di sana dia meninggal dunia. Ali Ridha adalah ahli tasawuf dan Syekh Tarekat Naqsyabandiyah yang sangat pintar dan alim, seorang sufi yang masyhur. Kasih sayangnya penuh ditumpahkan kepada muridnya yang kemudian menjadi khalifah Rasul yang ke-34 Seorang berkebangsaan Indonesia. Dari beliau turun kepada muridnya yang menambahi Allah Ta’ala akan sucinya, dan meninggikan Allah Ta’ala akan derajatnya, dan kuat melalui jalan kepada Allah Ta’ala, maka melapangkan dan melebihi Allah Ta’ala baginya, karena menambahi Salam berkhidmat akan Allah Ta’ala, dan memberi bekas barang siapa menuntut jalan kepada Allah ta’ala kepadanya. Kemudian meninggikan Allah Ta’ala atas orang yang hidup akan menambahi yakin zikir yang batin dan mengesakan yang dikenal bagi yang kaya dan miskin dan menjadikan Allah Ta’ala bagi orang yang suluk dengan Tarikatul Ubudiyah dan Naqsyabandiyah, amanat suci Allah Ta’ala dan menyembunyikan dia sebagai walinya yang pilihan, yaitu 34. Mursyiduna, wa rabiituna, wa maulana, Al Arif Billah Sayyidi Syekh Muhammad Hasyim Al Khalidi Guru pertama beliau adalah Saidi Syekh Sulaiman Hutapungkut di kota Nopan, Tapanuli Selatan. Sebagai kelanjutan dari pendidikannya, Syekh Muhammad Hasyim berguru dan menerima Ijazah syekh dari Syekh Ali Ar Ridha di Jabal Qubis Mekkah. Setelah kembali ke Indonesia, beliau menetap di Buayan, Sumatera Barat. Selama di Jabal Qubis Mekkah dengan tekun menuntut dan mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah, mendalami syariat dan hakikat serta memperoleh makrifat. Pada kesempatan itu pula beliau berpuluh-puluh kali berziarah ke makam Rasulullah SAW dan melaksanakan ibadat seorang perintis kemerdekaan, beliau juga pernah dibuang ke Boven Digul dan menjadi penasehat beberapa pembesar Indonesia dalam perang kemerdekaan. Beliau meninggal dalam usia lanjut, yaitu 90 tahun. Beliau lahir pada tahun 1864 dan maninggal tahun beliau turun kepada muridnya yang pilihan yang sangat kasih akan gurunya, akan Allah SWT dan Rasul-Nya, yang kuat menjalani jalan hakikat dan kuat mengarjakan jalan berkhidmat, yang dikenal oleh orang banyak sebagal seorang tabib besar, yang mengobati orang banyak, dari penyakit batin dan zahir dengan kekuatan zikrullah, dan menjadi ikutan dari segala orang yang terpelajar yang suluk, yang bertarikat dengan Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah, dan diturunkannya kepada anak kandungnya 35. Mursyiduna, wa rabiituna, wa maulana, Al’Arif Billah Sayyidi Syekh Sulaiman Hasyim Al Khalidi dan di turunkan kepadanya 36. Mursyiduna, wa rabiituna, wa maulana, Al’Arif Billah Sayyidi Syekh Mohamad Khoir Hasyim Al Khalidi diturunkan kepada anak kandungnya yang kasih akan gurunya 37. Mursyiduna, wa rabiituna, wa maulana Al’Arif Billah Sayyidi Syekh Amiruddin KY. Bin Moh. Khoir Hasyim Al Khalidi An Naqsyabandy 38. Bar Faqir Haqir, Khak Paey Buzurgan, La Syai Miskin ........................……………………..'Ufiya 'Anhu Par, [[Raham Farma Wa Muhabbat Wa Ma'rifat Wa Jam'iyat Zahiri Wa Batini Wa 'Afiyati Darain Wa Bahrahi Kamil Az Fuyudzi Wa Barkati In Buzurgan Rozi Ma Kun]]. Robbana Tawaffana Muslimin, Wa Alhiqna Bissolihin. Kepada hamba yang faqir dan hina yang di bawah telapak kaki Para Masyaikh yang tiada apa-apa lagi miskin ……............................….………………… semoga di ampunkan, Rahmatilah kami dan kurniakanlah Kasih Sayang dan Makrifat serta Jam'iyat Zahir dan Batin serta Afiyat di Dunia dan Akhirat dan Lautan Kesempurnaan dari Limpahan Faidhz dan keberkatan Para Masyaikh ini. Ya Tuhan kami, matikanlah kami sebagai Muslim dan sertakanlah kami bersama Para Salihin. SyaikhAbu Hasan Kharqani Rodhiyallahu 'anhu. 10. Syaikh Abi 'Ali Farmady Rodhiyallahu 'anhu. 11. Syaikh Yusuf Hamdani Rodhiyallahu 'anhu. 12. Syaikh Abdul Khaliq Fajduani (Imam Khôwâjikân Rodhiyallahu 'anhu) 13.
MANAQIB SILSILAH EMAS THARIQAT AL KABIR SYEKH KHALID AL KURDI AL BAGHDADI Khalid Al-Baghdadi adalah mursyid Tariqat Naqsyabandiyah ke-31, penerus rahasia Tariqat Naqsyabandi dari Syaikh Abdullah Ad-Dahlawi. Dia menyebarkan ilmu-ilmu syariat dan tasawuf, seorang mujtahid dalam hukum ilahi syari’at dan realitas ilahi hakikat.Dia dianggap cendekiawan para cendekiawan dan wali para wali, sehingga diibaratkan laksana cahaya bulan purnama dalam aliran Thariqat Naqsyabandi, pusat lingkaran lahir pada tahun 1193 H/1779 M di Desa Karada, Sulaymaniyyah, Irak. Karena keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, khalifah ketiga, dia berhak menyandang gelar “Utsmani”.Dia tumbuh dan belajar di sekolah-sekolah dan masjid yang tersebar di kota tersebut. Pada saat itu Sulaymaniyyah merupakan kota pelajar utama. Dia mempelajari Al-Qur’an dan tafsir Imam umur 15 tahun dia menetapkan asketisisme, doktrin keagamaan yang menyatakan bahwa seseorang bisa mencapai posisi spiritual yang tinggi melalui disiplin diri dan penyangkalan diri yang ketat sebagai falsafah hidupnya, kelaparan sebagai kudanya, tetap terjaga tidak tidur sebagai jalannya, khalwat sebagai sahabatnya, dan energi spiritual sebagai berguru kepada dua cendekiawan besar, Syaikh Abdul Karim Al-Barjanzi dan Syaikh Abdur Rahim Al-Barjanzi, sebelum akhirnya mempelajari matematika, filosofi, dan logika di kota ia kembali ke Baghdad dan mempelajari Mukhtasar al-Muntaha fil-Usul, sebuah ensiklopedia tentang yurisprudensi, dan mempelajari karya-karya Ibnu Hajar, Suyuti, dan Haythami. Dia dapat menghafal tafsir Al-Qur’an dari Baydawi dan mampu menemukan pemecahan atas segala pertanyaan pelik mengenai tafsir. Dia hafal Al-Qur’an dengan 14 cara membaca yang berbeda, dan ini merupakan kelebihannya sehingga membuatnya sangat menguasai ilmu-ilmu umum, dia kembali ke Sulaymaniyyah dan mengajar ilmu-ilmu modern. Meneliti dan menelaah persamaan-persamaan yang sulit di bidang astronomi dan kimia di sekolah Abdul Karim Al-Barzanji menyusul wabah penyakit yang melanda kota itu pada tahun 1213 H/1798 dia berkhalwat, meninggalkan segala yang telah dipelajari, datang ke pintu Allah dengan segala keshalihan dan memperbanyak dzikir. Lalu dia meninggalkan segalanya dan pergi ke Hijaz, menemui para cendekiawan, dan mengikuti Syaikh Muhammad Al-Kuzbara, seorang ahli ilmu-ilmu kuno dan modern dan pengajar hadits yang memberinya otorisasi terhadap Thariqat perjalanan menuju Makkah, seorang syaikh menasehatinya agar tidak berkeluh kesah atas segala masalah yang mungkin bertentangan dengan syari’at ketika memasuki kota Makkah. Pada hari Jum’at, ketika duduk dekat Ka’bah dan membaca Dala’il al-Khayrat, dia melihat seseorang dengan jenggot hitam bersandar pada sebuah pilar, menatap dirinya. Ia merasa, orang itu tidak layak berlaku demikian, apalagi di depan Ka’ itu melihat Khalid dan menegurnya, “Hei orang bodoh, apakah kamu tidak tahu bahwa kemuliaan hati seorang mukmin jauh lebih berarti daripada keistimewaan Ka’bah? Mengapa kamu diam-diam mengkritik aku. Apakah kamu tidak mendengar nasihat syaikhku di Madinah agar tidak mengkritik sesuatu?”Syaikh Khalid minta maaf, mencium tangan dan kakinya dan minta bimbingannya. Dia mengatakan, “Wahai anakku, harta dan kunci hatimu bukan disini, melainkan di India. Syaikhmu berada di sana. Pergilah kesana, dia akan menunjukkan apa yang harus kamu lakukan.”*MENYATU DENGAN ILAHI*Syaikh Khalid pindah ke India pada tahun 1224 H/1809 M. Dalam perjalanan ke anak benua Asia itu, dia bertemu Isma’il al-Kashi, mengunjungi makam Guru dari Induk Segala Thariqat di Bistam, Syaikh Bayazid Al-Bistami, mengunjungi Sayyid Al-Jalal al-Ma’nas al-imam Ali Rida, dan mengunjungi Syaikh Ahmad An-Namiqi Herat, Afghanistan, Kandahar, Kabul, dan Peshawar, semua cendekiawan besar yang ditemuinya selalu menguji pengetahuannya tentang hukum Ilahi syariat dan kesadaran ilahi ma’rifat, ilmu-ilmu logika, matematika, dan astronomi. Mereka menyebutnya seperti sungai yang luas, mengalir dengan ilmu, atau seperti samudera tanpa di Lahore, ia bertemu Syaikh Thana’ullah An-Naqsyabandi dan meminta doa. “Malam itu aku mimpi bahwa Syaikh Thana’ullah An-Naqsyabandi menarikku dengan giginya. Ketika aku terbangun dan ingin mengatakan mimpiku itu kepadanya, dia mengatakan, Jangan ceritakan mimpi itu kepadaku, kami telah mengetahuinya’.Lalu aku mulai merasakan daya tarik spiritual dari Syaikh Abdullah Ad-Dahlawi. Aku meninggalkan Lahore, menyeberangi pegunungan dan lembah, hutan dan padang pasir, sampai tiba di Kesultanan Delhi, yang dikenal dengan Jenahabad. Perjalanan itu memakan waktu satu tahun 40 hari. Sebelum aku tiba, dia berkata kepada para pengikutnya, Penerusku akan datang.”Sesampai di kota Jehanabad dia memberi penghormatan kepada Syaikhnya dengan puisi yang sangat elok. Semua barang yang dibawanya dan segala yang ada di kantungnya diserahkan kepada fakir miskin. Kemudian dia melakukan bai’at dengan Syaikh Abdullah Ad-Dahlawi. Di sini dia mencapai perkembangan yang pesat dalam berperang melawan egonya. Tidak sampai lima bulan dia telah menjadi salah seorang yang menyatu dengan ilahi dan mempunyai penglihatan Syaikh Abdullah, dia diizinkan kembali ke Irak dan memberinya otoritas tertulis dalam 5 thariqat Thariqat Naqsyabandi, atau Rantai Emas, Thaqiqat Qadiri, Thariqat As-Suhrawardiyyah, Thariqat Kubrawiyya, dan Thariqat masanya, Baghdad sangat terkenal dengan ilmu pengetahuan, sehingga kota itu dinamakan “Tempat Dua Matahari”.Dia sendiri dikenal dengan sebutan “ Orang dengan Dua Sayap” zhuljanahain, sebuah perumpamaan karena penguasaannya di bidang ilmu lahir dan ilmu batin. Dia mengirimkan kalifahnya ke mana saja, mulai dari Hijaz ke Irak, dari Syam Syria ke Turki, dari Iran ke India dan Transoxania, untuk menyebarkan jalan leluhurnya dalam Thariqat mana pun dia pergi, orang akan mengundang ke rumahnya. Dan rumah seperti apapun yang dia kunjungi, akan mendapat berkah dan menjadi hari, ketika mengunjungi Kubah Batu di Yerussalem dengan para pengikutnya, Abdullah Al-Fardi datang menemuinya dengan kerumunan orang. Beberapa orang Kristen memintanya untuk masuk ke Gereja Kumama agar mendapat berkah dengan pergi lagi ke Hijaz untuk mengunjungi Baitullah pada tahun 1241 H/1826 M. Warga kota dengan para cendekiawan dan wali mendatangi dan melakukan bai’at dengannya. Mereka memberi kunci untuk memasuki dua Kota Suci dan mengangkatnya sebagai Syaikh Spiritual untuk kedua kota berhaji dan kunjungannya kepada Rasulullah, dia kembali ke Syam. Di sini dia disambut 25 ribut orang di pintu kota, pertanda bahwa Sultan Ottoman, Mahmud Khan, juga sangat menghormati dirinya. Semua cendekiawan, menteri, syaikh, fakir miskin, dan orang-orang kaya datang untuk mendapatkan berkah dan meminta do’a darinya. Para penyair melantunkan syair mereka, sementara itu orang kaya memberi makan yang miskin. Semua orang adalah sama di hadapan beliau. Dia membangkitkan pengetahuan spiritual dan pengetahuan lahiriah dan menyebarkan cahaya kepada semua orang, baik Arab maupun non-Arab, yang datang dan menerima Thariqat Naqsyabandi sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan 1242 H/1827 M, ia memutuskan untuk mengunjungi Quds Yerusalem dari Damaskus. Mungkin itu adalah suatu tanda bahwa ia akan meninggalkan dunia hari pertama bulan Syawwal, wabah penyakit menyebar dengan cepat di kota Syam Damaskus. Salah seorang pengikutnya minta Syaikh Khalid mendoakan dia agar diselamatkan dari wabah tersebut, dan menambahkan, “… untukmu juga, Syaikh.”“Aku malu kepada Allah, karena niatku memasuki Syam adalah untuk meninggal di tempat ini.”Orang pertama yang meninggal karena wabah ini anaknya sendiri, Bahauddin, pada Jum’at malam.“Alhamdulillah, ini adalah jalan kita,” katanya. Lalu anak itu dikuburkan di Gunung Qasiyun. Dia baru berusia lima tahun lewat beberapa hari. Anak itu sangat fasih dalam 3 bahasa Persia, Arab, dan Kurdi. Dia juga pandai membaca Al-Qur’ hari kemudian, anak lainnya, Abdurrahman, juga meninggal dunia. Dia lebih tua satu tahun. “Banyak pengikutku yang akan meninggal dunia,” katanya. Lalu dia menunjuk Syaikh Isma’il Ash-Shirwani untuk menggantikannya di Thariqat Naqsyabandi di wilayah syam palestina sedangkan di hijaz mekkah syekh khalid al baghdadi menunjuk khadam beliau yaitu mawlana syekh abdullah affandi untuk menjadi Syekh mursyid di kedua kota suci yaitu mekkah dan madinah untuk membimbing orang-orang di kota hijaz menuju khadirat ALLAH.. Saat itu adalah tahun 1242 H/1827 sendiri akhirnya wafat pada hari Jum’at 13 Dzulqaidah 1242 H/1827 M setelah sebelumnya membaca ayat 27-30 dari surah Al-Fajr, “Wahai jiwa yang tenang dan tenteram, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku! Masuklah ke dalam syurga-Ku!”Sehari sebelumnya, kamis, dia telah mengisyaratkan banyak hal kepada keluarganya, seperti bahwa dirinya akan wafat besok harinya dengan membawa seluruh wabah yang menerjang Damaskus, nisannya tidak boleh ditulis macam-macam kecuali Ini adalah makam orang asing, berikutnya, Sabtu, terjadi keajaiban di Syam. Wabah penyakit tiba-tiba Melalui jalur mawlana syekh abdullah affandi thariqat naqshabandiyah tersebar sampai ke indonesia yang mayoritas penganut thariqat naqsyabandiyah al khalidiyah nisbah dari mawlana syekh khalid al baghdadi al kurdi Photo Makam syekh khalid al kurdi al baghdadi QSDi syam Palestina. Sumber dari THORIQAT NAQSYABANDIYAH
TarekatNaqsyabandiyah di Indonesia: survei historis, geografis, dan sosiologis . × TAREKAT QADIRIYAH ARAKIYAH DI PESANTREN AL-HIKAM DEPOK. by Nur Istiqomah. Download Free PDF Download PDF Download Free PDF View PDF. New Light on the Silsilah of Ahmad Khatib Sambas: Three Malay Written Texts from Jambi1. by Dr. Ali Muzakir,
yFkTi.